Vanda ticolor (jaka suryanta)
95 Jenis Anggrek Tumbuh di Kawasan Gunung Merapi
Sebagian di antaranya pun termasuk jenis anggrek yang langka
Balai Taman Nasional Gunung Merapi beserta sejumlah pihak berupaya melestarikan 95 jenis tanaman anggrek yang tumbuh di Gunung Merapi. Salah satu caranya dengan program adopsi anggrek untuk menghimpun dana sekaligus mengampanyekan penyelamatan anggrek di Merapi.
Peluncuran
program itu diikuti dengan pengembalian sejumlah tanaman anggrek ke
habitat aslinya, yakni di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di
Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Selain Balai
TNGM, sejumlah pihak, misalnya Yayasan Kanopi Indonesia dan Kelompok
Tani Ngudi Makmur, juga terlibat dalam acara itu.
Kepala Balai
TNGM Edy Sutiyarto dalam peluncuran Program Adopsi Anggrek Merapi di
Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Sabtu (21/2), mengatakan, tanaman anggrek di Gunung Merapi
perlu dilestarikan agar keanekaragaman hayati di kawasan itu bisa
terjaga. Caranya bisa bermacam-macam, termasuk melibatkan masyarakat
dalam program adopsi. Program Adopsi Anggrek Merapi dibuat untuk
memperkuat upaya pelestarian anggrek yang sudah berjalan.
Dalam
program tersebut, masyarakat diajak terlibat melestarikan anggrek dengan
menyumbangkan dana. "Ada tiga pilihan adopsi yang ditawarkan dalam
program ini dengan nilai antara Rp 675.000 dan Rp 1 juta per bibit. Dana
yang terkumpul dipakai untuk perawatan anggrek selama dua tahun," kata
Pengurus Yayasan Kanopi Indonesia Sulistyono.
Dia mengatakan, dari 95 jenis anggrek yang tumbuh di Merapi, sebagian di antaranya merupakan jenis anggrek yang langka. Salah satu contoh anggrek yang langka adalah anggrek Rhomboda velutina
yang tercatat hanya pernah ditemukan di Gunung Ungaran, Jawa Tengah,
pada 1921. Namun, kelestarian berbagai jenis anggrek tersebut terancam
sejumlah hal, terutama erupsi Merapi.
Sejak 2002, Yayasan Kanopi
Indonesia bekerja sama dengan Balai TNGM dan Kelompok Tani Ngudi Makmur
membangun tempat konservasi anggrek di Dusun Turgo. Di tempat itu,
bibit-bibit anggrek asli Merapi dikembangbiakkan dan dipelihara hingga
tumbuh dewasa. Jika jumlah bibit anggrek dinilai sudah cukup banyak,
sebagian tanaman itu akan dikembalikan ke habitat aslinya di kawasan
TNGM.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Novianto
Bambang mengapresiasi program Adopsi Anggrek Merapi tersebut. Dia
mengimbau agar pengelolaan dananya juga transparan.
(Sumber: Kompas)